KELOMPOK SOSIAL
1. Pengertian Kelompok Sosial
Kelompok sosial merupakan salah satu fokus perhatian dari pusat pemikiran sosiologis, oleh karena titik tolaknya adalah kehidupan bersama. Kita telah mengetahui, bahwa semua orang atau inidividu yang ada di dunia ini pada awalnya merupakan anggota kelompok sosial yang bernama keluarga.
Mengenai batasan pengertian dari kelompok sosial masih belum terdapat adanya kesamaan pandangan tentang hal tersebut. Dengan tidak adanya keseragaman tersebut menunjukkan bahwa kelompok sosial itu memiliki banyak aspek. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan kelompok sosial, diperlukan suatu kriteria untuk menentukannya Soerjono Soekanto telah mengajukan suatu kriteria yang dapat kita pakai, ia mengemukakan bahwa suatu kumpulan manusia itu dapat disebut sebagai kelompok sosial apabila memenuhi persyaratan tertentu antara lain :
a. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa ia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
b. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya dalam kelompok tersebut.
c. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga hubungan di antara mereka bertambah erat.
d. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
Dengan demikian kelompok sosial dapat dikatakan sebagai kumpulan dari individu-individu yang memiliki pola perilaku dan saling berhubungan serta berinteraksi, hingga di antara mereka memiliki hubungan erat dan bahkan timbul adanya perasaan bersama. Di dalam kelompok-kelompok sosial terdapat banyak sekali tipe-tipenya. Tipe-tipe kelompok sosial dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria. Kriteria-kriteria tersebut berdasarkan pada :
a. Besar kecilnya jumlah anggota
b. Derajat interaksi sosial
c. Kepentingan dan wilayah
d. Berlangsungnya suatu kepentingan
e. Derajat organisasi
f. Kesadaran akan jenis, hubungan sosial dan tujuan yang sama
Dengan demikian setiap jenis dari kelompok sosial lahir berdasarkan pada kriteria-kriteria tersebut.
2. In-group dan Out-group
Di dalam kehidupan masyarakat kita sering mendengar istilah "kami" dan "mereka". Hal seperti ini akan muncul pada saat kepentingan suatu kelompok sosial serta sikap-sikap yang mendukungnya terwujud dalam pembedaan kelompok-kelompok sosial tersebut yang dibuat oleh individu. Dengan demikian akan dikategorikan ke dalam :
a. In-group apabila individu di dalam suatu kelompok mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok sosialnya. Sikap-sikap di dalam in-group pada umumnya didasarkan pada faktor simpati dan selalu memiliki perasaan dekat dengan anggota-anggota kelompok.
b. Out-group apabila individu menganggap suatu kelompok menjadi lawan dari in-groupnya. Sikap sebagai Out-group selalu ditandai dengan suatu kelainan yang berwujud antagonisme atau antipati. Hal ini sering dikaitkan dengan istilah-istilah kami atau kita dan mereka. Misalnya: Kami adalah wartawan, sedangkan mereka adalah olahragawan, kami adalah mahasiswa sedangkan mereka adalah pelajar.
Dari penjelasan di atas, kita dapat mengetahui bahwa untuk menganggap suatu kelompok sosial merupakan In-group atau Out-group dari seorang individu adalah relatif, karena tergantung pada situasi-situasi sosial yang tertentu.
Munculnya perasaan In-group dan Out-group dapat merupakan dasar tumbuhnya sikap etnosentrisme. Etnosentrisme adalah suatu paham yang menganggap kebudayaan sendiri lebih baik daripada kebudayaan orang lain atau kelompok lain (luar). Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa etnosentrisme merupakan ciri dari perasaan dalam kelompok atau perasaan luar kelompok, yang dapat dipergunakan untuk mengukur dan menilai cara hidup manusia dan kebudayaan kelompok lain dengan standard ukuran kebudayaan sendiri. Tentang segala sesuatu yang menyangkut milik sendiri dinilai lebih baik, paling berguna, hebat dan lain sebagainya.
Baik In-group ataupun Out-group dapat kita temui di semua masyarakat, walaupun kepentingan-kepentingannya tidak selalu sama. Jadi dapat dikatakan bahwa setiap kelompok sosial, merupakan in-group bagi anggotanya. Konsep tersebut dapat diterapkan pada kelompok-kelompok sosial yang relatif kecil sampai pada yang besar, selama para anggotanya mengadakan identifikasi dengan kelompoknya.
3. Primary Group dan Secondary Group
Kelompok sosial yang terdapat di masyarakat, dapat dikategorikan ke dalam kelompok primer (primary group) dan kelompok sekunder (secondary group). Charles Horton Cooley membedakan kelompok primer dengan kelompok sekunder, seperti yang ditulis dalam bukunya yang berjudul Social Organization. Perbedaan antara kedua kelompok tersebut adalah : •
a. Primary Group
Primary Group adalah kelompok-kelompok yang ditandai dengan adanya interaksi antar anggota yang terjalin lebih intensif, lebih erat dan lebih akrab. Kelompok primer ini sering disebut juga dengan kelompok "face to face", karena para anggota kelompok sering berdialog dan bertatap muka karenanya mereka saling mengenal lebih dekat dan lebih akrab. Sifat interaksi dalam kelompok-kelompok primer bercorak kekeluargaan dan lebih berdasarkan pada simpati.
Oleh Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi kelompok primer dikemukakan sebagai kelompok-kelompok kecil yang agak langgeng atau permanen dan berdasarkan kenal mengenal secara pribadi antara sesama anggotanya.
Pada kelompok primer pembagian kerja atau pembagian tugas tidak dilakukan secara terpaksa, karena lebih dititikberatkan atas dasar rasa simpati dan secara sukarela. Contoh dari kelompok primer antara lain: Keluarga, Rukun tetangga, kelompok belajar dan lain sebagainya.
b. Kelompok Sekunder
Pada kelompok sekunder ini, di antara anggota kelompok, terdapat hubungan tak langsung, formal dan kurang bersifat kekeluargaan. Di antara anggota kelompok yang satu dengan yang lainnya bahkan tidak saling mengenal dan tidak akrab, sifatnyapun tidak permanen.
Para anggota menerima pembagian kerja atau pembagian tugas atas dasar kemampuan, dan keahlian tertentu di samping dituntut adanya dedikasi. Adanya pembagian seperti itu diperlukan untuk mencapai target dan tujuan tertentu yang telah ditetetapkan dalam program-program yang sudah disepakati bersama.
Contoh dari kelompok sekunder adalah: Partai politik, perhimpunan serikat kerja, organisasi profesi dan lain sebagainya.
4. Gemeinschaft dan Gesellschaft
Gemeinschaft (paguyuban) dan Gesellschaft (patembayan) merupakan pendapat yang dikemukakan oleh Ferdinand Tonies.
a. Gemeinschaft (paguyuban)
Gemeinschaft (paguyuban) adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Kehidupan tersebut juga bersifat nyata dan organis. Sebagaimana dapat diumpamakan dengan organ tubuh manusia atau hewan. Bentuk paguyuban terutama akan dapat dijumpai di dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga dan lain sebagainya.
b. Gesellschaft (patembayan)
Gesellschaft (patembayan) merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran, waktu terbatas, bersifat pamrih ekonomis. Bentuk Gesellschaft terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal balik, misalnya ikatan antara pedagang, organisasi dalam suatu pabrik atau industri dan lain sebagainya.
Pada kehidupan Gemeinschaft cenderung lebih mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan daripada peraturan-peraturan yang bersifat individualitas, ini berarti kepentingan masyarakat lebih utama dan individu harus tunduk di bawahnya. Kepentingan-kepentingan pribadi harus dinomor duakan setelah kepentingan-kepentingan kelompok, hubungan didasarkan pada ikatan-ikatan sosial yang kuat dan tradisional. Kehidupan Gemeinschaft biasanya dapat kita jumpai pada masyarakat yang terbatas, misalnya pada masyarakat desa. Di lain pihak pada kehidupan Gesellschaft terdapat hubungan yang telah diperhitungkan untung dan ruginya dalam setiap perjanjian kerjasama. Dari sinilah terdapat spesialisasi kerja atau pembagian tugas, setiap tindakan selalu didasarkan pada alasan kepentingan pribadi.
Pada tahap selanjutnya Ferdinand Tonies bermaksud menyesuaikan kedua bentuk kehidupan bersama manusia yang dianggap pokok itu dengan bentuk lain yang berhubungan erat dengan kepentingan azasi dari manusia itu sendiri. Menurut Tonies, bahwa hubungan-hubungan antar manusia yang dimaksud dapat menimbulkan ikatan sosial adalah berasal dari dua keinginan pokok, yaitu: Wesenwillen dan Kurwillen.
Wesenwillen adalah suatu bentuk keinginan manusia yang didasarkan pada perasaan yang timbul dari keseluruhan kehidupan yang bersifat alami. Dalam bentuk ini meskipun terdapat unsur akal, akan tetapi antara perasaan dan akal terdapat suatu ikatan, sehingga ia tidak tergantung pada untung dan rugi. Sebaliknya yang dimaksud dengan Kurwillen adalah bentuk kerjasama manusia yang didasarkan pada akal.
Pada Kurwillen terdapat tujuan-tujuan tertentu yang rasional sifatnya. Sedangkan unsur-unsur lain dalam kehidupan manusia adalah cukup berfungsi sebagai alat semata. Kurwillen penuh dengan pertimbangan-pertimbangan untung dan rugi. Oleh karena itu dalam usaha mewujudkan tujuan-tujuannya selalu bersandar pada kekuatan akal dan mengesampingkan perasaan.
Kedua bentuk keinginan tersebut, yakni Wesenwillen dan Kurwillen selanjutnya melahirkan dua bentuk pergaulan hidup. Wesenwillen melahirkan Gemeinschaft, sedangkan Kurwillen melahirkan Gesellschaft.
Tonies juga mengemukakan ciri pokok dari paguyuban (gemeinschaft) yaitu :
a. Intimate, hubungan menyeluruh yang mesra.
b. Private, hubungan yang bersifat pribadi, yaitu khusus untuk beberapa orang saja.
c. Exclusive, hubungan tersebut hanyalah untuk “kita’ saja dan tidak untuk orang lain di luar "kita"'.
Lebih lanjut Ferdinand Tonies, mengemukakan bahwa di dalam setiap masyarakat selalu dapat dijumpai salah satu diantara tiga tipe Gemeinschaft yaitu :
a. Gemeinschaft of blood, yaitu gemeinschaft yang merupakan ikatan yang didasarkan pada hubungan darah atau keturunan. Misal: keluarga, kelompok kekerabatan dan lain sebagainya.
b. Gemeinschaft of place, yaitu suatu gemeinschaft yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggalnya sehingga dapat saling tolong menolong. Misal: Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), kelompok arisan dan lain sebagainya.
c. Gemeinschaft of mind, yaitu suatu gemeinschaft yang terdiri dari orang-orang yang meskipun tidak mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggalnya tidak berdekatan, akan tetapi mereka mempunyai jiwa dan pikiran yang sama, karena adanya ideologi yang sama.
Satu hal yang perlu kita perhatikan, walaupun bentuk gemeinschaft dan gesellschaft dapat dibedakan akan tetapi Paguyuban dan Patembayan tidak berarti harus terwujud dalam suatu ikatan yang sama sekali terpisah. Kedua bentuk kehidupan tersebut sebenamya merupakan suatu bentuk yang ideal dalam rangka memudahkan kita dalam studi dan pengamatannya. Dengan demikian berarti tidak akan pernah dijumpai bentuk pergaulan sosial masyarakat yang semata-mata gemeinschaft atau sebaliknya geselschaft yang mutlak.
5. Formal Group dan Informal Group
Apabila kita melihat suatu kelompok sosial dari sudut pengertian resmi dan tidak resmi, maka kita akan mengenal adanya formal group (kelompok resmi) dan informal group (kelompok tidak resmi). Perbedaan yang pokok di antara keduanya adalah sebagai berikut :
a. Formal Group
Formal Group adalah kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan di antara anggota-anggotanya.
Pada kelompok resmi (formal group) ini biasanya didukung adanya anggaran dasar (AD), dan anggaran Rumah Tangga (ART). Di samping itu kelompok resmi memiliki pembagian kerja, peranan-peranan serta hirarki tertentu. Hal ini dirumuskan secara tegas dan tertulis. Contoh dari kelompok resmi adalah: OSIS, partai politik dan lain sebagainya.
b. Informal Group
Informal Group adalah kelompok-kelompok yang tidak memiliki struktur dan organisasi tertentu atau pasti. Kelompok-kelompok tersebut pada umumnya terbentuk karena adanya pertemuan-pertemuan yang berulang kali dan hal tersebut menjadi dasar bagi bertemunya kepentingan-kepentingan dan pengalaman-pengalaman yang sama.
Kelompok tidak resmi (Informal group) ini tidak berstatus resmi dan tidak didukung oleh anggaran dasar (AD), dan anggaran rumah tangga (ART) seperti yang lazim berlaku pada kelompok resmi.
Contoh dari informal group adalah Klik (Clique) yaitu suatu kelompok kecil tanpa strutur formal yang sering timbul dalam kelompok-kelompok besar. Klik sering ditandai dengan adanya pertemuan-pertemuan timbal balik antara anggota, lazimnya hanya bersifat antara “kita” saja.
Perlu diketahui, bahwa dalam tubuh kelompok resmi (formal group) sering terjadi tumbuhnya kelompok tidak resmi. Anggota-anggota kelompok terdiri atas beberapa individu atau beberapa keluarga saja. Sifat interaksinya berlangsung dengan saling mengerti yang lebih mendalam, dikarenakan adanya latar belakang pengalaman-pengalaman yang sama, serta adanya pandangan-pandangan yang sama.
6. Membership Group dan Reference Group
Robert K. Merton membedakan kelompok menjadi Membership group dengan Reference group.
a. Membership group
Membership group adalah merupakan kelompok dimana setiap orang secara fisik sebagai anggota kelompok tertentu.
Ukuran yang dipakai untuk menentukan bahwa seseorang menjadi anggota suatu kelompok secara fisik, tidak dapat dilakukan secara mutlak, karena adanya perubahan perubahan keadaan. Ciri yang paling pokok untuk menentukan keanggotaan seseorang di dalam kelompok adalah bagaimana interaksinya dengan kelompok tersebut. Untuk membedakan keanggotaan atas dasar derajad interaksi, masih dibedakan lagi menjadi dua kelompok yaitu, nominal group member dan peripheral group member.
Seorang anggota yang dikategorikan sebagai nominal group member dikarenakan seseorang tersebut masih berinteraksi dengan kelompok sosial yang bersangkutan, akan tetapi interaksinya tidak intens. Sedangkan peripheral group member, seolah-olah seseorang anggota kelompok tersebut sudah tidak lagi berhubungan dengan kelompoknya, sehingga kelompok tersebut tidak mempunyai kekuasaan apapun juga atas anggota tersebut. Perbedaan derajad interaksi, dapat menimbulkan sub-group, karena biasanya anggota-anggota yang sering berinteraksi membentuk kelompok-kelompok tersendiri. Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor kepentingan yang sama, derajad sosial yang sama dan lain sebagainya.
b. Reference group
Reference group adalah kelompok yang menjadi ukuran bagi seseorang untuk mengidentifikasi dirinya dalam membentuk pribadi dan perilakunya. Dengan lain perkataan bahwa seseorang yang bukan anggota kelompok sosial yang bersangkutan, mengidentifikasi dirinya dengan kelompok lain sebagai kelompok teladan.
Sebagai gambaran dari reference group ini misalnya, seseorang yang tertarik pada kelompok lain, ini dikarenakan karena kekagumannya atau karena sedang dalam rangka mengembangkan pribadinya, terutama dalam bersikap, artinya ia mengidentifikasi dirinya terhadap kelompok lain sebagai reference group. Selanjutnya Robert K. Meiton juga mengemukakan bahwa Reference group terdapat dua tipe yaitu:
1) Tipe Normatif (Normative type), adalah kelompok yang menentukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang.
2) Tipe Perbandingan (Comparison Type), adalah kelompok yang menjadi pegangan bagi individu di dalam menilai kepribadiannya.
Pada tipe normatif dapat dianggap sebagai sumber dari nilai- nilai tiap individu, baik yang menjadi anggota maupun yang bukan anggota dari kelompok tersebut. Contohnya: generasi muda suatu suku memegang teguh adat istiadat yang telah dijalani oleh para pendahulunya.
Sedangkan pada tipe perbandingan dipakai sebagai perbandingan untuk menentukan status seseorang. Contohnya: jabatan seseorang dibandingkan dengan jabatan individu yang lainnya pada satu instansi.
Dengan berpedoman kepada kedua tipe ini maka kita akan dapat memahami bahwa referensi-referensi semacam ini memegang peranan penting dalam upaya untuk memperbaiki status seseorang.
Hal ini dimaksudkan agar usaha seseorang dalam memperbaiki statusnya tersebut tidak menimbulkan kebiasaan-kebiasaan sebagai figur konflik psikologis. Dengan kata lain bahwa suatu acuan dalam menyesuaikan diri pada reference group dan tidak mengucilkan kelompok membership yang dianggap lebih rendah.
7. Kelompok-kelompok Sosial Yang Tidak Teratur
Di dalam kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur pada dasarnya dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok yaitu kerumunan dan publik.
a. Kerumunan (Crowd)
Kerumunan akan selalu terjadi pada semua lapisan masyarakat di kota besar, kerumunan terjadi karena banyaknya berbagai macam aktivitas manusia yang dapat menimbulkan daya tarik suatu massa yang selanjutnya berkumpul pada suatu tempat tertentu. Hal seperti itu dinamakan kerumunan. Adanya orang-orang yang bergerombol untuk mendengarkan tukang obat menawarkan obatnya ataupun orang-orang yang berkumpul di tempat terjadinya kecelakaan lalu lintas ini juga dapat disebut dengan kerumunan.
Setiap adanya manusia yang berkumpul, hingga batas-batas tertentu ini menunjukkan adanya suatu ikatan sosial tertentu. Walaupun mereka saling bertemu dan berada di suatu tempat tersebut secara kebetulan, misalnya di gedung film, namun kesadaran akan adanya orang lain telah membuktikan bahwa terdapat adanya semacam ikatan sosial. Kesadaran tersebut menimbulkan peluang-peluang untuk dapat ikut merasakan perasaan orang lain yang berada di tempat yang sama. Suatu kelompok manusia tidak hanya tergantung pada adanya interaksi saja, tetapi juga karena adanya pusat perhatian yang sama.
Ciri-ciri yang paling pokok dari kerumunan adalah berkumpulnya individu-individu secara fisik, yang jumlah batasannya adalah selama mata dan telinga dapat melihat dan mendengarkannya. Kerumunan akan segera hilang setelah masing-masing individu tersebut meniggalkan tempat dimana sebelumnya ia berkumpul. Karena itu kerumunan tergolong sebagai kelompok sosial yang bersifat sementara (temporer).
Penyebab dari berkumpulnya individu-individu tersebut, di suatu tempat dikarenakan terdapatnya pemakaian fasilitas yang sama dalam memenuhi keinginan-keinginan pribadi masing-masing. Misalnya orang-orang yang berkumpul di halte menunggu bus kota, melihat pertunjukan musik, dan lain sebagainya. Kerumunan juga dapat terjadi dikarenakan seseorang tersebut ingin meniru perbuatan orang lain, yang kemudian di ikuti lagi oleh orang lain yang juga ikut menyaksikan.
Kerumunan mudah sekali bergejolak, karena individu-individu yang berkumpul memiliki fokus perhatian dan keinginan-keinginan mereka akan tersalurkan dengan mengadakan suatu aksi. Individu-individu di dalam kerumunan tersebut akan mudah sekali meniru tingkah laku orang lain yang sekerumunan dan perilaku tersebut akan didukung oleh yang lain. Aksi-aksi yang dilakukan tersebut akan selesai, apabila tujuan-tujuan yang mereka inginkan telah tercapai ataupun karena mereka sudah lelah.
Dapat dikatakan bahwa kerumunan memiliki banyak latar belakang, maka untuk lebih memperjelas tentang jenis-jenis kerumunan itu, Abdul Syani membagi ke dalam dua jenis bentuk kerumunan yaitu :
1) Kerumunan aktif
Oleh karena tidak terdapat adanya struktur organisasi, pembagian kerja dan aturan-aturan tertentu dalam suatu kerumunan, maka ia akan banyak sekali berakibat negatif atau merusak. Kerumunan tidak rasional, yang ada hanyalah luapan emosi, tidak puas, kemarahan dan kejengkelan. Adanya kegelisahan dan ketegangan tertentu, merupakan suatu dorongan yang subur untuk bangkitnya kerumunan aktif.
2) Kerumunan ekspresif
Adalah kerumunan yang didasari oleh luapan emosi, yaitu di samping tanpa sasaran yang jelas, juga hanya sekedar luapan emosi atau ketegangan semata. Setelah itu kerumunan akan sirna. Karenanya kerumunan ekspresif biasanya tidak terlalu banyak beraksi secara kontak fisik, melainkan lebih banyak menunjukkan perasaan atau sikap saja, seperti menangis, menjerit, berteriak, menyanyi dan sebagainya.
Sedangkan Kingsley Davis membedakan bentuk-bentuk umum dari kerumunan ke dalam tiga bentuk yaitu :
1) Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial.
a) Khalayak penonton atau pendengar yang formil (formal audience) merupakan kerumunan-kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan persamaan tujuan akan tetapi sifatnya pasif. Contohnya adalah penonton-penonton film, orang-orang yang menghadiri khotbah keagamaan dan lain sebagainya.
b) Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planned expressive group), adalah kerumunan yang pusat perhatiannya tak begitu penting akan tetapi mempunyai persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktivitas kerumunan tersebut serta kepuasan yang dihasilkannya. Fungsinya adalah sebagai penyalur keterangan keterangan yang dialami orang karena pekerjaannya sehari-hari. Contohnya orang yang berpesta, berdansa dan lain sebagainya.
2) Kerumunan yang bersifat sementara (causal crowds)
a) Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenient aggregation), adalah orang orang yang antri karcis, orang-orang yang menunggu bus dan lain sebagainya. Dalam kerumunan itu, kehadiran orang-orang lain, merupakan halangan terhadap tercapainya maksud seseorang.
b) Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik (panic crowds), yaitu orang-orang yang bersama-sama berusaha menyelamatkan diri dari suatu bahaya. Dalam dorongan dalam diri individu-individu dalam kerumunan tersebut mempunyai kecenderungan untuk mempertinggi rasa panik.
c) Kerumunan penonton (spectator crowds) yang terjadi karena orang-orang ingin melihat suatu kejadian tertentu. Kerumunan semacam ini hampir sama dengan khalayak penonton akan tetapi bedanya adalah bahwa kerumunan penonton tidak direncanakan, sedangkan kegiatan-kegiatan pada umumnya juga tidak terkendalikan.
3) Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukurn
a) Kerumunan yang bertindak emosionil (acting mobs). Kerumunan-kerumunan semacam ini bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan mempergunakan kekuatan fisik yang berlawanan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Biasanya kumpulan orang-orang tersebut bergerak karena merasakan bahwa hak-hak mereka diinjak-injak atau karena tak adanya keadilan.
b) Kerumunan yang bersifat immoril (immoral crowds), hampir sama dengan kelompok-kelompok ekspresif. Akan tetapi bedanya adalah bahwa yang pertama bertentangan dengan norma-norma dalam masyarakat. Contohnya adalah orang-orang yang dalam keadaan mabuk-mabukan.
Walaupun tampaknya bentuk-bentuk umum perbedaan dari kerumunan tersebut sudah lengkap, tetapi mungkin masih terdapat suatu kerumunan yang memiliki ciri-ciri yang berbeda dari bentuk-bentuk kerumunan yang telah disebutkan di atas. Karena ada kemungkinan suatu kerumunan memiliki beberapa ciri-ciri dari bentuk umum kerumunan.
b. Publik
Publik sering juga disebut dengan khalayak umum atau khalayak ramai. Publik bukanlah kelompok yang utuh ataupun merupakan kesatuan. Pada khalayak ramai interaksi di antara individu yang lainnya adalah dilakukan secara tidak langsung yakni melalui media komunikasi. Misalnya: majalah, surat kabar, radio, televisi, dan lain sebagainya. Di samping itu juga dapat berupa desas-desus, pembicaraan pribadi yang berantai dan lainnya. Media komunikasi yang dipergunakan tersebut akan membuat suatu publik memiliki anggota yang lebih besar. Dengan adanya jumlah anggota yang besar pada suatu publik, akan berakibat tidak terdapatnya pusat perhatian yang tajam dan karenanya kesatuan juga tidak ada. Setiap individu di dalam suatu publik memiliki kesadaran akan status sosialnya yang sebenarnya. Di samping itu setiap individu di dalam publik lebih mengutamakan kepentingan-kepentingan pribadi.
Dengan demikian tingkah laku pribadi dari publik didasarkan pada tingkah laku atas perilaku individu. Suatu publik akan berkumpul bila diberikan (disiarkan) nya berita, baik berita-berita yang benar ataupun tidak, dan tentunya adalah berita-berita yang menarik bagi tiap individu dalam publik tersebut.
8. Ringkasan
a. Kelompok sosial adalah himpunan dari individu-individu yang memiliki pola perilaku dan saling berinteraksi, hingga di antara mereka memiliki hubungan erat dan bahkan muncul adanya perasaan bersama.
b. In-group merupakan kelompok sosial dimana individu mengidentifikasikan dirinya. Sedangkan Out-group merupakan kelompok sosial yang oleh individu sering diartikan sebagai lawan dari In-groupnya.
c. Kelompok primer adalah kelompok sosial dimana para anggotanya tidak saling mengenal dan mereka pun tidak bertemu secara terus menerus, jadi sifatnya tidak langgeng dan hubungan antara anggota tidaklah akrab.
d. Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama, dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa persatuan batin yang memang telah dimiliki. Sedangkan Patembayan adalah ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek dan bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran saja.
e. Kelompok resmi adalah kelompok-kelompok yang memiliki peraturan-peraturan yang tegas dan diciptakan oleh anggotanya untuk mengatur hubungan antara sesamanya. Kelompok tidak resmi adalah kelompok yang tidak memiliki struktur dan organisasi tertentu yang pasti.
f. Membership group adalah suatu kelompok yang tiap individu secara fisik menjadi anggota kelompok tertentu. Sedangkan Reference group merupakan kelompok sosial yang menjadi ukuran bagi seseorang untuk mengidentifikasikan dirinya dalam membentuk pribadi dan tingkah lakunnya.
g. Kelompok sosial yang tidak teratur, pada hakekatnya dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok. Yaitu kerumunan dan publik. Kerumunan adalah individu yang berkumpul secara kebetulan di suatu tempat dan terjadi pada saat yang bersamaan. Pada Publik interaksi di antara individu adalah dilakukan secara tidak langsung yakni melalui media komunikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar